JAKARTA – Mahasiswi Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Jayabaya Lana Lestari melakukan penelitian terkait perubahan karakteristik visual di kawasan Kota Tua, Jakarta.
Hasil penelitian mahasiswi Angkatan 2018 yang berjudul “Kajian Karakteristik Visual di Kawasan Bersejarah Roa Malaka, Jakarta Barat” ini kemudian dipresentasikan pada seminar yang berlangsung online atau zoom pada Sabtu (4/12/2021) dan dihadiri dosen serta mahasiwa FTSP Universitas Jayabaya. Hadir pula Ketua LPPM Universitas Jayabaya Victor A Simanjuntak S.Sos.MSi.
Dalam penelitiannya, Lana Lestari mengungkapkan permasalahan utama di Kota Tua khususnya di Roa Malaka, Jakarta Barat, yakni kondisi kawasan yang sudah banyak berubah dari aslinya.
Padahal, kawasan Roa Malaka yang masuk dalam wilayah Kota Tua atau juga dikenal sebagai Batavia Lama (Old Batavia), memiliki potensi dalam membentuk suatu kawasan yang berkarakter. Karakter ini terbentuk dari budaya campuran beberapa etnis seperti China, Arab, Belanda, Inggris, dan Melayu yang sudah menghuni Kota Tua sejak abad ke-16.
“Sementara perubahan demi perubahan bangunan dan gedung di kawasan ini terus berlangsung tanpa memperhatikan prinsip pelestarian,” kata Lena Lestari.

Dari hasil penelitiannya, Lana Lestari menemukan ada tiga penyebab terjadi perubahan karakteristik visual gedung dan bangunan di kawasan Roa Malaka. Pertama, pemilik asli terpaksa menjual bangunan karena tidak memiliki dana untuk melakukan perawatan rutin untuk menjaga keasliannya. Kedua, akibat pindah tangan ke pemilik baru dan pemilik baru mengubah bentuk asli bangunan dan gedung agar perawatan lebih mudah dan murah.
“Ketiga, perubahan fungsi bangunan. Pemilik mengalihfungsikan bangunannya menjadi bangunan komersial dan ini mengakibatkan perubahan fasad dan tampak bangunan,” kata Lena Lestari.
Dosen pembimbing Lana Lestari, Adityarini Natalisa ST MT menjelaskan, permasalahan ini yang melatarbelakangi penelitian Lana Lestari dengan tujuan mengidentifikasi perubahan bentuk kawasan dan fasad/tampak bangunan sebagai pembentuk karakter visual kawasan.

“Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) agar lebih peduli mengembangkan kawasan berbasis pelestarian, dengan salah satu upayanya menyusun architecture guide-line, sehingga otentisitas bangunan dan terwujud kawasan yang sustainable (berkelanjutan),” ujarnya.
Adityarini Natalisa ST MT menjelaskan, seminar adalah bentuk kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah Seminar Arsitektur bagi mahasiswa semester tujuh di Prodi Arsitektur. Mata kuliah ini merupakan salah satu implementasi Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) MBKM yaitu Penelitian/Riset.
Pada Prodi Arsitektur FTSP Universitas Jayabaya, penelitian diarahkan sebagai research for design. Hasil dari penelitian ini menjadi salah satu konsep desain yang akan dikerjakan dalam mata kuliah selanjutnya yaitu Tugas Akhir, berupa studio perancangan bangunan atau kawasan. (***)